Senin, 11 Mei 2015

MAKALAH “TEOLOGI PEMBEBASAN”



MAKALAH
“TEOLOGI PEMBEBASAN”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam  





Oleh    :
1.      Fatchur rohman     111 11 070
2.      Dita



JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKA AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-nya kepada kita semua, sehingga tugas makalah Ilmu Kalam  ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat pada wakrunya. Kami sadar akan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Ucapan terima kasih kami berikan kepada bapak dosen Dr. Zakiyuddin Baidhawy,M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Kalam telah memberikan ilmu serta arahan pada tugas makalah ini. Dan tanpa bimbingan beliau mungkin tugas ini tidak akan terselesaikan dengan tepat.
Selanjutnya ucapan terima kasih kami berikan kepada teman- teman yang telah mau bekerja sama dan memberikan bantuannya terhadap tugas ini, tanpa mereka makalah ini juga tidak akan terselesaikan tepat pada waktunya. Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya serta dapat menambah pengetahuan dan pemahaman pada pembahasan makalah ini. Amin.
Tentunya masih banyak kesalahan pada tugas makalah ini yang mungkin kami tidak sadari, oleh karena itu kritik dan saran bagi pembaca sangat kami harapkan guna perbaikan tugas makalah- makalah selanjutnya.









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Kehadiran teologi pembebasan pada awalnya adalah mengkritisi model “pembangunan” yang dilakukan oleh rakyatnya. Pembangunan yang dilaksanakan oleh negara dan didukung oleh institusi kuat seperti militer dan institusi agama yang semata-mata melegitimasi kepentingan negara.
Perkembangan teologi pembebasan di Indonesia sangat lambat. Hal ini dikarenakan faktor negara yang represif dan kuat. Teologi pembebasan yang berkembang di amerika latin telah menunjukkan keberhasilan dalam memperjuangkan hak keadilan bagi masyarakat kecil. Pertarungan antar negara,intuisi agama dengan elit agama di luar intuisi, dan rakyat yang tertindas menyatu mendapat kemenangan dan meruntuhkan rezim yang kuat.
Berbeda dengan indonesia, kuatnya negara dan melemahnya rakyat menyebabkan rakyat tidak kuat melakukan tekanan negara. Hal ini terlihat pada masa orde baru pemerintahan di pegang oleh militer dan di dukung oleh birokrasi yang kaku, dan intuisi agama yang di bentuk oleh negara untuk menjaga kekuasaannya. Selama 32 tahun pemerintah bertahan dengan kekuasaan dan ketergantungan pada dunia kapitalis dan tahun 1980-an kajian teologi pembebasan di negara kita mendapat tantangan keras bagi negara.
  
B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana sejarah munculnya teologi pembebasan?
2.      Bagaiman paradigma pembebasan itu?
3.      Apa saja metode yang ada di teologi pembebasan?
4.      Apa saja isi teologi-teologi pembebasan di Amerika Latin?

C.     Tujuan Masalah

1.      Untuk mengetahui bagaimana sejarah munculnya teologi pembebasan.
2.      Untuk mengetahui bagaimana paradigma pembebasan itu.
3.      Untuk mengetahui apa saja metode yang ada di teologi pembebasan.
4.      Untuk mengetahui apa saja isi teologi-teologi pembebasan di Amerika Latin.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Munculnya Teologi pembebasan
Teologi pembebasan pada awalnya muncul di Eropa abad ke 20 dan menjadi studi penting bagi agama-agama untuk melihat peran agama dalam membebaskan manusia dari ancaman globalisasi dan menghindarkan manusia dari berbagai macam dosa sosial, serta oleh pembebasan di Eropa lebih pada pemikiran sedangkan di Amerika Latin dan di Asia pada pemikiran ke gerakan untuk melawan hegemoni kekuasaan yang otoriter. Teologi pembebasan di Amerika Latin merupakan bagian dari gerakan para agamawan melawan hegemoni kekuasaan negara yang otoriter.
Teologi pembebasan, yang pada umumnya berasal dari tradisi teologi barat. Melihat beberapa garis persamaan obyek dan isi teologi pembebasan. Andre- Vincent mengatakan bahwa teologi pembebasan adalah teologi made in germany. Akan tetapi, sepertinya mereka kurang memahami gebrakan baru dalam berteologi yang diperkenalkan para teolog pembebasan. Kesulitan melihat gebrakan baru kiranya disebabkan oleh keterpancangan para teolog barat pada gebrakan baru (tepatnya reformasi sebagai reaksi terhadap dunia modern dan filsafat dunia baru) sebagaimana dituturkan oleh Schroof (1970). 
Segundo menelusuri sejarah teologi pembebasan di Amerika latin, yang dimulai sebelum penerbitan buku Gutierrez, A Theoelogy of Liberation (1971). Tidak seperti Segundo, Erique dussel dalam menetapkan permulaan teologi pembebasan kembali sampai kepada tahun 1564 ketika Bartolome de Las Cazas (1474-1566), sebagai cikal bakal teologi pembebasan, mengucap kata- kata ini: “Tuhan berkenan memilih saya sebagai pelayanNya ... untuk mencoba mengangkat harkat hidup orang-orang Indian ... pada tingkat kebebasan asali yang telah dirampas dengan tidak adil dan untuk membebaskan mereka dari kematian sadis yang kerap kali dialaminya secara paksa”.
Skema perbedaan antara teologi barat dan teologi pembebasan:

TEOLOGI BARAT
TEOLOGI PEMBEBASAN
1.      Hasil budaya “kaya”
Hasil budaya “miskin”
2.      Jawaban bagi persoalan, orang tak percaya (non-believer).
Jawaban bagi persoalan, orang yang diperlakukan bukan sebagai orang (non-person).
3.      Reaksi terhadap pencerahan budi, ilmu pengetahuan modern, dan gerakan sejarah.
Reaksi terhadap sistem masyarakat yang menindas dan mempermiskin sebagian masyarakat.
4.      Mencari cara bicara tentang Tuhan dalam dunia yang menjadi dewasa, dunia yang menciptakan sifat ateistis.
Mencari cara bicara tentang Tuhan dalam dunia yang tidak adil, dunia yang menciptakan non-person.
5.      Pelaku teologi: intelektual borjuis kelas menengah
Pelaku teologi: rakyat tertindas dan miskin
6.      Sekularisme adalah iklim umum,  kecenderungan hidup tanpa peduli praktik keagamaan.
Religiusitas adalah iklim umum, entah itu mementapkan kaum ataupun mendorong perjuangan pembebasan.
7.      “Deprivatisasi” penghayatan agama sebagai reaksi terhadap teolog sekuler yang memisahkan kepentingan dunia dari praktik pribadi iman, dan reaksi terhadap teologi liberal yang kompromistis. Teologi adalah interprestasi dunia untuk tidak mengubahnya secara radikal,tetapi mengkritik terus menerus demi validitas eskatologis.
“Transformasi” dunia, ilmu terlaksana dalam tindakan. Teologi adalah refleksi kritis atau praksis untuk mentransformasi dunia. Tidak hanya membaca kembali sejarah dan kitab suci, tetapi dari itu kembali membuat sejarah. Syarat yang tak dapat ditawar adalah masuk dalam solodaritas dengan rakyat yang tertindas dan miskin.
8.      Abstraksi dan Generalisasi, seakan-akan masalah sekularisme adalah masalah dasar semua orang.
Memahami ketergantungan, ketidakadilan, pemerasan, dan pertentangan kelas sebagai masalah dasar secara struktural masalah seluruh dunia.

B.     Paradigma pembebasan
Paradigma pembebasan adalah penegasan dari paradigma penyelamatan. Intinya adalah bahwa manusia diciptakan dengan citra Allah yang kudus, artinya bebas dari segala bentuk dosa, namun karena kesombongan dan keserakahannya ia kehilangan kebebasannya, terkungkung dalam penjara dosa dan kegelapan. Karena kemurahan Allah maka diutuslah Yesus dari Nazareth yang berasal dari Ruh Allah yang bekerja sama dengan daging Maria yang tidak ternoda dosa mewartakan kebenaran dan keadilan.
Karena membela kebenaran dan mewartakan keadilan bagi semua orang, ia tidak disukai oleh para penguasa politik dan adat-agama. Ia pun dihukum mati, namun dibangkitkan oleh Allah. Oleh karena itu, ia disebut Kristus, yang diurapi untuk menjadi panutan dan jembatan putihnya kebebasan anak-anak bangsa pilihan Allah.
Empat pilar paradigma pembebasan modern, dalam arti memenuhi standar konseptualisai ilmu pengetahuan dunia kini. Keempat pilar tersebut adalah sebagai berikut:
a)      Kemerdekaan (independency), yang kita mengerti tidak sekedar otonomi atau kemerdekaan wilayah, tetapi terlebih pada kemandirian manusia/rakyat sebagai hasil karya penciptaan Allah yang tertinggi.
b)      Kesaudaraan (solidarity), bukan persaudaraan sebab kesaudaraan adalah sesuatu yang harus selalu diusahakan dari kedua belah atau beberapa  pihak.
c)      Keadilan sosial (social justice), artinya bukan sekedar persamarataan (equality), melainkan pencukupan syarat/sarana dasar kehidupan bagi semua.
d)     Kerakyatan (populist), bukan sekedar cinta bangsa melainkan cinta kepada kemanusiaan, terlebih mereka yang masih dipinggirkan.
Keempat pilar tadi merupakan unsur paradigma pembebasan anak bangsa. Artinya, cita-cita pembebasan adalah mulai terlaksananya kemerdekaan (kemandirian) kesaudaraan (hormat pada keunikan/kemajemukan), keadilan sosial (pencukupan syarat/sarana kehidupan untuk seemua insan), dan kerakyatan (cinta kemanusiaan terlebih yang masih dipinggirkrkan) bagi anak-anak bangsa.

C.    Metode Teologi Pembebasan
Metode-metode yang digunakan para teolog-teolog pembebasan, bermaksud merefleksi praksis tertentu dalam sejarah. Sobrino,Hennelly (1977) menjelaskan metode teologi pembebasan Amerika Latin dengan mengkontraskannya dengan cara berteologi Eropa. Uraian Hennelly tentangnya mengandung sebelas titik perbedaan yang dapat di sistematisasi sebagai berikut:
Teologi Eropa
Teologi Amerika Latin
1.      Mengembalikan arti iman yang terancam ateisme.
Mengembalikan arti situasi yang parah tak berperi kemanusiaan, baik ateisis maupun non manusiawi.
2.      Membebaskan budi dari segala bentuk otoritarianisme . rasoinalisasi
Membebaskan realitas kesengsaraan, transformasi.
3.      Harmonisasi realitas penderitaan yang masih berarti hidup dengan tetap percaya pada Tuhan kendatipun dalam dunia penderitaan.
Rekonsiliasi hanya mungkin dalam usaha menyelesaikan krisis realitas. Percaya pada Tuhan hanya mungkin dalam praksis pembebasan.
4.      Transformasi arti atau teori
Praksis yang mendorong refleksi, untuk transformasi dunia.
5.      Teologi berarti memikirkan Yesus, mengikuti Yesus merupakan suatu tugas spiritual.
Mengikuti Yesus dengan sungguh-sungguh (praksis) memungkinkan pemahaman akan Yesus (refleksi).
6.      Penggerak berteologi adalah sifat ingin tahu manusia.
Penggerak berteologi adalah jeritan yang tertindas.
7.      Kematian Tuhan dalam kristus penyembuh krisis arti iman.
Kematian manusia dalam kristus penyembuh krisis sosial.
8.      Eskhatologi merelativisasi program-program konkrit.
Penyelesaian fungsional dan parsial adalah penting dalam mengatasi aporia.
9.      Anakronisme sejarah yang berlaku juga untuk umum.anakronisme geografis yang berlaku di masyarakat sentral berlaku juga di masyarakat periferi.
Bertolak dari sejarah Amerika Latin tanpa hendak menguniversalkannya untuk semua sejarah dan negara.
10.  Menjelaskan realitas dari sumber-sumber iman.
Sumber-sumber iman menerangi realitas sejauh sumber-sumber iman diterangi oleh realitas.
11.  Mengatasi dualisme (Roh dan  badan,pribadi dan masyarakat,transsenden dan kesejarahan) dalam tingkatan penalaran budi.
Mengatasi dualisme paling radikal (teori dan praksis,subyek yang dipercaya dan sejarah yang ada) dalam tingkatan bukan saja penalar tetapi terlebih eksistensi.

D.    Isi teologi-teologi pembebasan Amerika Latin
Di atas sudah di paparkan metode-metode teologi pembebasan Amerika Latin. Di dalamnya dijelaskan bagaimana praksis untuk pembebasan umat Allah di Amerika Latin adalah langkah tindakan pertama atau titik berangkat sekaligus titik yang merupakan batu ujian yang sering disebut sebagai locus theologicus. Sedangkan refleksi kegiatan teologis adalah langkah tindakan kedua. Dan ada enam pokok bahasan isi teologi-teologi pembebasan Amerika Latin. Keenam pokok bahasan ini adalah:
1)      Kedosaan manusia dalam perspektif perjuangan kelas.
2)      Kerajaan Allah sebagai utopia atau topia.
3)      Yesus kristus sebagai sang pembebas.
4)      Gereja rakyat miskin.
5)      Eksegese dan ekaristi sebagai pusat gereja rakyat.
6)      Spiritualitas kemiskinan suka rela sebagai langkah pastoral untuk pembebasan sosial,ekonomi,dan politik, pembebasan kemanusiaan serta pembebasan keputraan Allah.












BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Teologi pembebasan pada awalnya muncul di Eropa abad ke 20 dan menjadi studi penting bagi agama-agama untuk melihat peran agama dalam membebaskan manusia dari ancaman globalisasi dan menghindarkan manusia dari berbagai macam dosa sosial, serta oleh pembebasan di Eropa lebih pada pemikiran sedangkan di Amerika Latin dan di Asia pada pemikiran ke gerakan untuk melawan hegemoni kekuasaan yang otoriter. Teologi pembebasan di Amerika Latin merupakan bagian dari gerakan para agamawan melawan hegemoni kekuasaan negara yang otoriter.
 Empat pilar paradigma pembebasan modern, dalam arti memenuhi standar konseptualisai ilmu pengetahuan dunia kini. Keempat pilar tersebut adalah:
a.       Kemerdekaaan
b.      Kesaudaraan
c.       Keadilan sosial
d.      Kerakyatan
Sedangkan  metode teologi pembebasan Amerika Latin yang dikontraskan dengan cara berteologi Eropa. Uraian Hennelly tentangnya mengandung sebelas titik perbedaan.
 Dan ada enam pokok bahasan isi teologi-teologi pembebasan Amerika Latin yaitu:
1)      Kedosaan manusia dalam perspektif perjuangan kelas.
2)      Kerajaan Allah sebagai utopia atau topia.
3)      Yesus kristus sebagai sang pembebas.
4)      Gereja rakyat miskin.
5)      Eksegese dan ekaristi sebagai pusat gereja rakyat.
6)      Spiritualitas kemiskinan suka rela sebagai langkah pastoral untuk pembebasan sosial,ekonomi,dan politik, pembebasan kemanusiaan serta pembebasan keputraan Allah.



DAFTAR PUSTAKA
Francis Wahono Nitiprawiro. 2008.Teologi Pembebasan. Yogyakarta:LKIS Pelangi Aksara.


1 komentar:

  1. Mungkin artikel ini juga bisa memperdalam wacana kita tentang teologi pembebasan dari perspektif Kristen...

    http://tongthink.blogspot.co.id/2015/10/a-theology-of-liberation-3-kekeliruan.html

    BalasHapus