MAKALAH
“HAKIKAT IMAN, ISLAM,
DAN IHSAN”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadist
Dosen Pengampu Bp. Muhamad Hanif, M.Hum
Oleh :
1.
Fatchur rohman (111-11-070)
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-nya kepada kita semua, sehingga tugas makalah Ilmu Kalam ini dapat terselesaikan dengan lancar dan
tepat pada wakrunya. Kami sadar akan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Ucapan
terima kasih kami berikan kepada bapak dosen Muhamad Hanif, M.Hum. Selaku dosen pengampu mata kuliah Hadist telah memberikan ilmu serta arahan pada tugas
makalah ini. Dan tanpa bimbingan beliau mungkin tugas ini tidak akan
terselesaikan dengan tepat.
Selanjutnya
ucapan terima kasih kami berikan kepada teman- teman yang telah mau bekerja
sama dan memberikan bantuannya terhadap tugas ini, tanpa mereka makalah ini
juga tidak akan terselesaikan tepat pada waktunya. Harapan kami, semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembacanya serta dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman pada pembahasan makalah ini. Amin.
Tentunya
masih banyak kesalahan pada tugas makalah ini yang mungkin kami tidak sadari,
oleh karena itu kritik dan saran bagi pembaca sangat kami harapkan guna
perbaikan tugas makalah- makalah selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam agama islam
memiliki tiga tingkatan yaitu Islam, Iman, Ihsan. Tiap-tiap tingkatan memiliki
rukun-rukun yang membangunnya. Jika Islam dan Iman disebut secara bersamaan,
maka yang dimaksud Islam adalah amalan-amalan yang tampak dan mempunyai lima
rukun. Sedangkan yang dimaksud Iman adalah amal-amal batin yang memiliki enam
rukun. Dan jika keduanya berdiri sendiri-sendiri, maka masing-masing menyandang
makna dan hukumnya tersendiri.
Ikhsan berarti
berbuat baik. Orang yang berbuat ihsan disebut muhsin, berarti orang yang
berbuat baik. Setiap perbuatan baik yang nampak pada sikap jiwa dan perilaku
yang sesuai atau yang dilandaskan pada aqidah dan syariat islam disebut ihsan.
Kajian tentang Iman, Islam dan Ihsan merupakan
pokok (rukun) agama. Ketiga hal ini merupakan hal yang prinsip dalam
ajaran agama Islam, Ketiga aspek tersebut harus ada dalam setiap pribadi ummat,
karena ketiga-tiganya saling berkaitan, untuk mencapai muslim yang sejati. Dengan demikian akhlak dan ihsan adalah dua
pranata yang berada pada suatu system yang lebih besar yang disebut akhlaqul
karimah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa hakikat iman ?
2.
Apa hakikat islam ?
3.
Apa hakikat
ihsan ?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui apa hakikat iman ?
2.
Untuk mengetahui apa hakikat islam ?
3.
Untuk mengetahui apa hakikat ihsan ?
BAB 1
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Iman
Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam
hati,kokoh penuh keyakinan tanpa dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan
keimanan dalam islam itu sendiri adalah percaya kepada Allah,
malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya, hari akhir dan beriman
kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan
lisan,amal hati dan amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan
kataatan dan berkurang karena kemaksiatan.Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada
Islam, iman memiliki cakupan yang lebih umum dari pada cakupan islam, karena ia
mencakup islam, maka seorang hamba tidaklah mencapai keimanan kecuali jika
seorang hamba telah mampu mewujudkan keislamannya. Iman juga lebih khusus
dipandang dari segi pelakunya, karena pelaku keimanan adalah kelompok dari
pelaku keislaman dan tidak semua pelaku keislaman menjadi pelaku keimanan,
jelaslah setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah
mukmin.
Keimanan memiliki suatu ciri yang sangat
khas, yaitu dinamis. Yang mayoritas ulama memandang keimanan beriringan dengan
amal sholeh, sehingga merekamenganggap keimanan akan bertambah dengan
bertambahnya amal sholeh. Akan tetapi ada sebagian ulama memandang bahwa ia
merupakan aqidah yang tidak menerima pemilahan (dikotomi). Maka seseorang hanya
memiliki dua kemungkinan saja,mukmin atau kafir, tidak ada kedudukan lain
diantaranya. Karena itu mereka berpendapat iman tidak bertambah dan tidak
berkurang.
Iman ada kalanya bertambah dan adakalanya
berkurang,maka perlu diketahui criteria bertambahnya iman hingga sempurnanya
iman yaitu:
1.
Diyakini dalam hati
2.
Diucapkan dengan lisan
3.
Diamalkan dengan anggota tubuh.
Sedangkan dalam islam sendiri jika membahas
mengenai iman tidak akan terlepas dari adanya rukun iman yang enam yaitu:
1.
Iman kepada Allah
2.
Iman kepada MalaikatNya
3.
Iman kepada kitabNya
4.
Iman kepada RosulNya
5.
Iman kepada Qodho dan qodar
6.
Iman kepada hari ahkir
Demikianlah kriteria amalan hati
dari pribadi yang beriman, yang jika telah tertanam dalam hati seorang mukmin enam keimanan itu maka akan secara otomatis
tercermin dalam prilakunya sehari-hari yang sinergi dengan kriteria keimanan terhadap enam poin di atas. Jika Iman adalah suatu keadaan yang
bersifat dinamis, maka sesekali didapati kelemahan Iman, maka yang harus kita
lakukan adalah memperkuat segala lini dari hal-hal yang dapat memperkuat Iman kembali.
Hal-hal yang dapat dilakukan bisa kita mulai dengan memperkuat aqidah, serta
ibadah kita karena Iman bertambah karena taat dan berkurang karena maksiat.
Ketika Iman telah mencapai taraf
yang diinginkan maka akan dirasakan oleh pemiliknya suatu manisnya Iman, sebagaimana hadits Nabi Muhammad saw. yang
artinya:
“Tiga perkara yang apabila terdapat
dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya Iman: Menjadikan Alloh
dan RosulNya lebih dicintainya melebihi dari selain keduanya, mencintai
seseorang yang tidak dicintainya melainkan karena Alloh, membenci dirinya
kembali kepada kekufuran sebagaImana bencinya ia kembali dilemparkan ke dalam
api neraka.” (HR.Bukhori
Muslim).
B.
Hakikat islam
Islam bersal dari kata, as-salamu, as-salmu,
danas-silmu yang berarti: menyerahkan diri, pasrah, tunduk, dan
patuh. Berasal dari kata as-silmu atau as-salmu yang
berarti damai dan aman. Berasal dari kata as-salmu, as-salamu, dan as-salamatu
yang berarti bersih dan selamat dari kecacatan-kecacatan lahir dan batin. Pengertian Islam menurut istilah
yaitu, sikap penyerahan diri (kepasrahan, ketundukan, kepatuhan) seorang hamba
kepada Tuhannya dengan senantiasa melaksanakan perintahNya dan menjauhi
laranganNya, demi mencapai kedamaian dan keselamatan hidup, di dunia maupun di
akhirat.
Siapa saja yang menyerahkan diri
sepenuhnya hanya kepada Alloh, maka ia seorang muslim, dan barang siapa yang
menyerahkan diri kepada Alloh dan selain Alloh maka ia seorang musyrik, sedangkan
seorang yang tidak menyerahkan diri kepada Alloh maka ia seorang kafir yang
sombong. Dalam pengertian kebahasan ini, kata Islam dekat dengan arti
kata agama. Senada dengan hal itu Nurkholis Madjid berpendapat bahwa sikap
pasrah kepada Tuhan adalah merupakan hakikat dari pengertian Islam.
Dari pengertian itu, seolah
Nurkholis Madjid ingin mengajak kita memahami Islam dari sisi manusia sebagai yang sejak dalam kandungan sudah menyatakan
kepatuhan dan ketundukan kepada Tuhan, sebagaImana yang telah diisyaratkan
dalam surat al-a’rof ayat 172 yang artinya:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku Ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami),
kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap Ini (keesaan Tuhan)”.
Berkaitan dengan Islam sebagai agama, maka tidak dapat
terlepas dari adanya unsur-unsur pembentuknya yaitu berupa rukun Islam, yaitu:
1) Membaca
dua kalimat Syahadat
2) Mendirikan
sholat lima waktu
3) Menunaikan
zakat
4) Puasa
Romadhon
5) Haji ke Baitulloh jika
mampu.
C.
Hakikat ihsan
Ihsan berarti berbuat baik. Orang
yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti orang yang berbuat baik.setiap
perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan prilaku yang sesuai atau
dilandaskan pada aqidah dan syariat Islam disebit Ihsan. Dengan demikian akhlak
dan Ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar
yang disebut akhlaqul karimah.
Adapun dalil mengenai Ihsan dari
hadits adalah potongan hadits Jibril yang sangat terkenal (dan panjang),
seperti yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, ketika nabi ditanya mengenai
Ihsan oleh malaikat Jibril dan nabi menjawab:
…أَنْ تَعْبُدَ اللّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإنْ لَمْ تَكُنْ
تَرَاهُ فَإنَّهُ يَرَاكَ…
“…Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau
melihatNya. Tapi jika engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya Alloh
melihatmu…..
Hadits tersebut menunjukan bahwa untuk melakukan Ihsan,
sebagai rumusnya adalah memposisikan diri saat beribadah kepada Alloh
seakan-akan kita bisa melihatNya, atau jika belum bisa memposisikan seperti itu
maka posisikanlah bahwa kita selalu dilihat olehNya sehingga akan muncul
kesadaran dalam diri untuk tidak melakukan tindakan selain berbuat Ihsan
atau berbuat baik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Iman, islam dan ihsan merupakan tiga
rangkaian konsep agama islam yang sesuai dengan dalil , iman, islam dan ihsan saling berhubungan karena
seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi
dengan Iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan islam. Selanjutnya, kebermaknaan
Islam dan Iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang sekaligus merupakan
cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah, dkk., Dasar-dasar Agama
Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996).
Wahhab, Muhammad bin abdul, Tiga Prinsip Dasar dalam
Islam, (Riyadh:Darussalam,2004)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar